Dosen: Sendy Eka Nanda
Nama: Sondang S. Sianipar
NPM : 58413602
Kelas : 2IA14
BAB III
UCAPAN DAN EJAAN
A.
Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah
bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka
terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh
yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Dan itulah yang membedakan ucapan
penutur bahasa Indonesia dari daerah yang satu denga yang lain.
B.
Ejaan
1.
Pengantar
Ejaan penting
sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif
tulis. Seperti dalam karanga ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat
perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati.
Ejaan yang dipergunakan sebelum EYD diumumkan:
·
Dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu, yang digunakan
adalah huruf Jawi atau Ara melayu dan juga huruf Latin dengan ejaan yang tidak
teratur.
·
Ejaan Van Ophuysen (sejak 1901), ketentuannya dimuat
dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawawi Gelat
Soetan MA’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim.
·
Ejaan Soewandi atau ejaan Republika (sejak 19 Maret
1947).
2.
Penulisan Huruf
a.
Penulisan Huruf Kapital
1.
Huruf kapital
biasanya digunakan
untuk mengawali kalimat yang baru. Di samping
itu huruf kapital juga digunakan sebagai
huruf awal pada nama diri. Ucapan langsung juga diawali dengan huruf kapital.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Untuk Tuhan
kata gantinya pun ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: Kehendak-Nya lah yang jadi.
Hanya Engkaulah tuhan dalam hidupku.
Dalam kaitanya dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau kagamaan,juga ditulis
dengan huruf kapital.
Contoh: Nabi Sulaiman.
Sultan Hawengkubowono ke XII.
Tentu saja terpisah dari nama diri, dalam pengertian umum, huruf-huruf tersebut ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh: Tahun ini Putri akan pergi naik haji.
Dia baru saja dinobatkan menjadi raja.
Nama jabatan juga ditulis
diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah
sebagai pengganti nama diri.
Contoh: Wakil Presiden Boediono.
Direktur Utama PT. HM SAMPOERNA Tbk.
Nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata
tersebut diawali dengan huruf kapital kecuali apabila kata tersebut berupa
kata tegas.
Contoh : Soekarno Hatta, Mohammad Yamin.
Nama lembaga : Kementrian Informasi dan Komunikasi
b.
Penulisan Huruf Kapital
1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Buku yang berjudul The Geography Of Bliss ini ialah karangan Eric Weiner.
Majalah Tempo.
2. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh : Buku ini merupakan karang pertama yang dibuat olehnya.
3.
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata atau ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia.
Contoh : Nama ilmiah rumput kume
adalah Sorghum plumosum.
b.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Contoh : Sebuah team work sangat diperlukan dalam
kegiatan itu.
c.
Penulisan Huruf Tebal
1.
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh : Judul buku : THE GEOGRAPHY OF BLISS.
2.
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan
huruf miring.
Contoh : Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Gabungan kata kerja sama ditulis
terpisah.
d.
Penulisan
Partikel dan Awalan
Ada kata atau awalan yang harus
ditulis serangkai, yaitu “adi-“ misalnya pada adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana.
Juga awalan “awa-“ pada awabau, awaair, awawarna,
awasuara.
Kata “antara” ditulis terpisah, tetapi “antar-“
ditulis serangkai. Contoh: antarkota, antarpulau, antarnegara, antarbangsa.
Kata “maha” apabila dirangkai dengan kata dasar
ditulis serangkai. Contoh: mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil.
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak
dirangkaikan. Contoh: Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun.
Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha
Esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus
dipisah.
Ejaan yang betul menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ialah Tuhan Yang Maha Esa.
e.
Penulisan
Bilangan
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka:
§ Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing
bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka
Romawi.
§ Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
a.
ukuran
panjang, berat, luas, dan isi,
b.
satuan
waktu,
c.
nilai uang,
dan
d.
kuanitas.
§ Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor
jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
§ Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian
karangan dan ayat kitab suci.
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam
Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahasa jurnalistik.
a.
Penulisan lambang bilangan satu-dua kata.
Pedoman EYD menetapkan, penulisan
lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.
b.
Penulisan lambang bilangan awal kalimat.
Lambang bilangan pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.
c.
Penulisan lambang bilangan utuh.
Angka yang menunjukan bilangan
utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam
Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa
menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
d.
Penulisan lambang bilangan angka-huruf.
Bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi
seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
Tanda Baca
Tanda Titik
( . )
a. Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Dia akan membuat sebuah makalah.
b. Tanda titik dipakai pada
akhir singkatan nama orang.
Misalnya: Sondang S. Sianipar
c. Tanda
titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Prof. (Profesor)
Tanda Koma (
, )
Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh :Saya harus membawa beberapa peralatan seperti,
lampu senter, tali, dll.
Tanda Titik
Koma ( ; )
a.
Tanda titik koma dapat dipakai
untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Rasa kantuk semakin
berat; pekerjaan pun belum selesai.
b.
Tanda titik koma dapat dipakai
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
Contoh: Marsela belajar di kamar; Prima asyik bermain game; Rachel sibuk
membuat karyanya.
Tanda Titik
Dua ( : )
a.
Tanda titik dua dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh : Sebuah
pidato harus terdiri dari: kalimat pembuka, isi, dan kalimat penutup.
Fakultas Teknologi Industri di Univeritas
Gunadarma terdiri dari: Teknik Informatika, Teknik Industri, teknik Mesin, dan
Teknik Elektro.
b.
Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan perintah.
Contoh : Ketua : Ari Wicaksono.
Tanda Hubung
( – )
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris.
Contoh : Selain mengajar, Benjamin juga melakukan
kegiatan peneliti-
an yang berkaitan dengan maslah
peternakan di Wonogiri.
Tanda Pisah
( – )
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Contoh : Dengan bekerja bersama –berdasarkan
pengalaman saya selama bertahun-tahun- semua target organisasi dapat dicapai.
Tanda
Elipsis ( … )
Tanda elipsis dipakai untuk kalimat yang
terputus-putus.
Contoh : Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
Tanda Tanya
( ? )
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Contoh : Kapan dia akan bekerja lagi?
Tanda Seru
(!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh : Lakukan apa yang harus kamu lakukan!
Tanda Kurung
( )
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Contoh : Johnson Yaptonaga adalah CEO (Chief Executive Officer) salah satu perusahaan mobil mewah Lamborghini
Indonesia.
Tanda Kurung
Siku ( [ ... ] )
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat
di dalam naskah asal.
Contoh : Melindungi satwa li[a]r
tidaklah mudah.
Tanda Petik
( “…“ )
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh : Ada pepatah yang berbunyi “bersih
pangkal sehat”.
Tanda Petik
Tunggal ( ‘ … ‘ )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Contoh : Tanya Basri, “Kaudengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
Tanda Garis
Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor
alamat pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
tawim, sebagai pengganti kata dan, atau,
atau tiap.
Contoh: PTA ajaran 2014/2015
Bapak/Ibu/Saudara.
Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
Tanda Penyingkat atau Apostrof menunjuk penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh : Engkau ‘kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan
= akan).